Memang sangat banyak sekali cerita nusantara hingga sampai puluan ribu judul cerita rakyat Indonesia untuk memperkenalkan dimana setiap wilaya atau di desa-desa meka cerita rakyat selalu anda, membuat Indonesia sangat kaya sekali dengan cerita rakyat nya.
Di bawah ini adalah judul cerita rakyat Indonesia yang selama ini menjadi legenda di tempat tersebut :
Cerita Rakyat Aceh :
- Cerita Asal Usul Tari Guel
- Cerita Beungong Meulu dan Beungong Peukeun
- Cerita Banta Seudang
- Cerita Banta Berensyah
- Cerita Si Parkit Raja Parakeet
- Cerita Putra Mahkota Amat Mude
- Cerita Mentiko Betuah
- Cerita Si Kepar
- Cerita Tujuh Anak Lelaki
- Cerita Asal Mula Danau Si Losung Dan Si Pinggan
- Cerita Kisah Kelana Sakti
- Cerita Batu Gantung (Legenda Kota Parapat)
- Cerita Kisah Putri Ular
- Cerita Asal Mula Danau Toba
- Cerita Si Baroar
- Cerita Si Beru Dayang: Asal Mula Padi
- Cerita Asal Mula Nama Pulau-pulau Di Mentawai
- Cerita Asal Mula Nama Simalungun
- Cerita Asal Mula Kolam Sampuraga
- Cerita Asal Mula Pulau Si Kantan
- Cerita Kisah Pohon Enau
- Cerita Legenda Lau Kawar
- Cerita Asal Usul Danau Maninjau
- Cerita Asal Mula Sungai Ombilin dan Danau Singkarak
- Cerita Rambun Pamenan
- Cerita Sabai nan Aluih
- Cerita Siamang Putih
- Cerita Asal Mula Nagari Koto Nan Ampek dan Koto Nan Gadang
- Cerita Bujang Kirai yang Pemberani
- Cerita Asal Mula Nama Nagari Minangkabau
- Cerita Mak Isun Kayo
- Cerita Asal Mula Pulau Sangkar Ayam
- Cerita Hang Tuah Kesatria Melayu
- Cerita Panglima Kawal dan Si Jangoi : Asal Mula Pulau Si
- Cerita Jangoi
- Cerita Legenda Ikan Patin
- Cerita Putri Pinang Masak
- Cerita Legenda Putri Mambang Linau
- Cerita Legenda Batang Tuaka (Indragiri Hilir)
- Cerita Legenda Batu Rantai, Temasik Dilanda Todak
- Cerita Putri Tujuh, Asal Mula Nama Kota Dumai (Dumai)
- Cerita Si Lancang
- Cerita Burung Tempua dan Burung Puyuh
- Cerita Penghulu Tiga Lorong (Indragiri)
- Cerita Burung Bayan dan Si Penggetah
- Cerita Mahligai Keloyang, Asal Mula Nama Kelayang
- Cerita Ketobong Keramat
- Cerita Dang Gedunai, Asal Mula Naga Di Laut Lepas
- Cerita Puteri Kaca Mayang, Asal Mula Kota Pekanbaru
- Cerita Suak Air Mengubuk (Si Miskin Yang Tamak)
- Cerita Kelingking Sakti
- Cerita Awang Garang, Panglima Laut Bermata Satu
- Cerita Si Bujang: Asal Mula Burung Punai
- Cerita Bujang Buta
- Cerita Batu Batangkup
- Cerita Pangeran Suta dan Raja Bayang
- Cerita Murid Durhaka (Riau)
- Cerita Putri Pandan Berduri, Asal-Mula Persukuan di Pulau Bintan
- Cerita Asal Mula Selat Nasi Di Pulau Subi
- Cerita Legenda Pulau Senua
- Cerita Asal Mula Nama Palembang
- Cerita Beginde Lubuk Gong
- Cerita Legenda Pulo Kemaro
- Cerita Semesat dan Semesit
- Cerita Raden Alit
- Cerita Raja Empedu
- Cerita Pengorbanan Putri Kemarau
- Cerita Si Pahit Lidah
- Cerita Anok Lumang
- Cerita Putri Serindang Bulan
- Cerita Keramat Riak
- Cerita Legenda Batu Berambai
- Cerita Kisah Ular N'Daung
- Cerita Si Gulap yang Sabar
- Cerita Putri Gading Cempaka
- Cerita Legenda Ular Kepala Tujuh
- Cerita Asal Mula Danau Tes
- Cerita Sinatung Natak
- Cerita Si Kelingking
- Cerita Tan Talanai
- Cerita Putri Ayu Nyimas Rahima
- Cerita Asal Usul Suku Melayu Timur di Kuala Tungkal
- Cerita Putri Rainun dan Rajo Mudo
- Cerita Asal Mula Nama Lempur, Tebat Gelang, dan Tebat Jambi
- Cerita Asal Usul Raja Negeri Jambi
- Cerita Raja Jambi Penakluk Hantu Pirau
- Cerita Putri Tangguk
- Cerita Datuk Darah Putih
- Cerita Buaya Perompak
- Cerita Si Bungsu
- Cerita Sang Kabelah
- Cerita Unang Batin
- Cerita Ratu Ali
- Cerita Putri Siluman
- Cerita Sidang Belawan
- Cerita Si Bugu yang Pandir
- Cerita Kisah Telu Pak
- Cerita Si Penyumpit
- Cerita Legenda Batu Balai
- Cerita Legenda Panglima Angin
- Cerita Layang
- Cerita Pak Udak dan Gergasi
- Cerita Putri Pinang Gading
- Cerita Si Kelingking
- Cerita Bujang Katak
- Cerita Murtado Macan Kemayoran
- Cerita Si Pitung
- Cerita Asni dan Mirah
- Cerita Untung Suropati
- Cerita Angkri, Jagoan Tanjung Priok yang Angkuh
- Cerita Legenda Codet
- Cerita Si Jampang, Robin Hood dari Betawi
- Cerita Tauke Pemberani dari Batavia
- Cerita Ki Rangga Gading
- Cerita Sangkuriang
- Cerita Lutung Kasarung
- Cerita Asal Mula Nama Kota Cianjur
- Cerita Legenda Danau Situ Bagendit
- Cerita Putri Kandita
- Cerita Legenda Karang Nini dan Bale Kambang
- Cerita Asal Usul Nama Girilawungan
- Cerita Asal Mula Nama Dayeuh Manggung
- Cerita Jaka Tarub
- Cerita Timun Emas
- Cerita Jaka Kendhil
- Cerita Aji Saka: Asal Mula Huruf Jawa
- Cerita Legenda Gunung Wurung
- Cerita Arya Penangsang
- Cerita Ki Ageng Pandanaran
- Cerita Legenda Kawah Sikidang
- Cerita Dewi Sri, Dewi Kesuburan
- Cerita Legenda Rawa Pening
- Cerita Kisah Rara Mendut
- Cerita Kali Gajah Wong
- Cerita Roro Jonggrang
- Cerita Syekh Belabelu
- Cerita Kisah di Gua Kiskenda
- Cerita Asal Mula Gunung Merapi
- Cerita Asal Mula Nyamuk Berdengung
- Cerita Bawang Merah dan Bawang Putih
- Cerita Baron Sekender
- Cerita Asal Mula Nama Dusun Gubukrubuh
- Cerita Asal Mula Makam Imogiri
- Cerita Ki Ageng Mangir Wanabaya
- Cerita Asal Mula Upacara Bekakak
- Cerita Calon Arang
- Cerita Keong Emas
- Cerita Ande Ande Lumut
- Cerita Legenda Gunung Kelud
- Cerita Jaka Seger dan Rara Anteng
- Cerita Jaka Budug dan Putri Kemuning
- Cerita Legenda Gunung Arjuna
- Cerita Legenda Telaga Pasir
- Cerita Damarwulan dan Minakjingga
- Cerita Asal Usul Nama Kota Surabaya
- Cerita Masjid Terate Udik yang Keramat
- Cerita Legenda Batu Kuwung
- Cerita Legenda Gunung Pinang
- Cerita Pangeran Pande Gelang dan Putri Cadasari
- Cerita Legenda Tanjung Lesung
- Cerita Legenda Prasasti Munjul
- Cerita Sultan Maulana Hasanuddin
- Cerita Asal Usul Nama Buleleng dan Singaraja
- Cerita I Ceker Cipak
- Cerita Asal Mula Selat Bali
- Cerita Asal Mula Hama
- Cerita Jayaprana dan Layonsari
- Cerita Pan Kasim dan Ular
- Cerita Harta Terpendam
- Cerita Asal Mula Desa Trunyan, Kedisan, dan Abang Dukuh
- Cerita Semangka Emas
- Cerita Asal Mula Nama Sungai Kawat
- Cerita Kisah Putung Kempat
- Cerita Asal Mula Burung Ruai
- Cerita Legenda Sungai Landak
- Cerita Putri Anam dan Putri Bussu
- Cerita Batu Menangis
- Cerita Legenda Bukit Kelam
- Cerita Hampang Datu
- Cerita Legenda Gunung Batu Bangkai
- Cerita Dewi Luing Indung Bunga
- Cerita Datu Pulut: Asal Mula Burung Punai
- Cerita Batu Bini dan Batu Laki
- Cerita Datu Pujung
- Cerita Asal Mula Pulau Kambang
- Cerita Datung Ayuh dan Bambang Siwara
- Cerita Ning Rangda
- Cerita Asal Mula Danau Malawen
- Cerita Palui
- Cerita Dohong dan Tingang
- Cerita Asal-Usul Ikan Patin
- Cerita Nyai Balau Kehilangan Anak
- Cerita Sangi Sang Pemburu
- Cerita Asal Mula Sumber Garam Sepang
- Cerita Asal Mula Pulau Nusa
- Cerita Uder Mancing
- Cerita Ambun dan Rimbun
- Cerita Asal Usul Raja-Raja Suku Tunjung
- Cerita Nyapu dan Moret
- Cerita Legenda Pesut Mahakam
- Cerita Sungai Kerbau yang Keramat
- Cerita Asal Usul Orang Basap
- Cerita Asal Mula Anak Sungai Mahakam
- Cerita Asal Mula Nama Kota Balikpapan
- Cerita Asal Mula Erau
- Cerita Asal Mula Danau Lipan
- Cerita Asal Usul Burung Moopoo
- Cerita Napombalu
- Cerita Ratu Adioa
- Cerita Sigarlaki dan Limbat
- Cerita Alamona n'Tautama n'Taloda: Manusia Pertama di Kepulauan Talaud
- Cerita Tulap dan Lelaki Tua
- Cerita Kekekow Dengan Gadis Miskin
- Cerita Abo Mamongkuroit
- Cerita Asal Mula Ikan Duyung
- Cerita Legenda Tanduk Alam
- Cerita Tadulako Bulili
- Cerita Legenda Kampung Payol
- Cerita Asal Mula Berdirinya Kerajaan Mori
- Cerita Sesentola dan Burung Garuda
- Cerita Legenda Batu Bagga
- Cerita Asal Usul Pohon Sagu dan Palem
- Cerita La Moelu Si Anak Yatim
- Cerita La Onto-Ontolu
- Cerita Anak Gadis Niining Kubaea
- Cerita Asal Mula Burung Ntaapo-Apo
- Cerita Indara Pitaraa dan Siraapare
- Cerita Asal-Usul Gunung Saba Mpolulu
- Cerita La Sirimbone
- Cerita Oheo
- Cerita Asal Mula Nama Gunung Mekongga
- Cerita Putri Tandampalik
- Ambo Upe Dan Burung Beo
- Lamadukelleng
- Sawerigading
- La Upe
- Nenek Pakande
- Sepak Bola Binatang
- I Laurang
- Si Penakluk Rajawali
- Asal-Mula Tari Patuddu
- Asal Mula Nama Pamboang
- Panglima To Dilaling
- I Karake`lette`
- Cengnge
- Asal Mula Nama Kampung Paummisang
- Samba` Paria
- Hawadiyah
- I Tui-Tuing
- Asal Mula Danau Limboto
- Asal Mula Botu Liodu Lei Lahilote
- Limonu Yang Perkasa
- Asal Usul Daerah Tapa, Tuladenggi, dan Panthungo
Diatas adalah kumpulan cerita rakyat nusantara Indonesia yang saat ini masi terjaga untuk mitos dan cerita legenda kelestarianya. Dan kami akan menyampekan salah satu cerita rakyat Indonesia yang menjadi salah satu cerita hingga masuk di perfilman indonesia. Dan menjadi sejarah Islam pertama kali di Tanah jawa saat ini.
Cerita atau Kisah Sunan Ampel dan Penyebaran Agama Islam :
Sejak dahulu daerah Samarqand dikenal sebagai daerah Islam yang melahirkan ulama-ulama besar seperti Imam Bukhari yang mashur sebagai pewaris hadist shahih.
Disamarqand ini ada seorang ulama besar bernama Syekh Jamalluddin Jumadil Kubra, seorang Ahlussunnah bermazhab syafi’I, beliau mempunyai seorang putera bernama Ibrahim, dan karena berasal dari samarqand maka Ibrahim kemudian mendapatkan tambahan nama Samarqandi. Orang jawa sukar menyebutkan Samarqandi maka mereka hanya menyebutnya sebagai Syekh Ibrahim Asmarakandi.
Syekh Ibrahim Asmarakandi ini diperintah oleh ayahnya yaitu Syekh Jamalluddin Jumadil Kubra untuk berdakwah ke negara-negara Asia. Perintah inilah yang dilaksanakan dan kemudian beliau diambil menantu oleh Raja Cempa, dijodohkan dengan puteri Raja Cempa yang bernama Dewi Candrawulan.
Negeri Cempa ini menurut sebagian ahli sejarah terletak di Muangthai. Dari perkawinan dengan Dewi Candrawulan maka Syekh Ibrahim Asmarakandi mendapat dua orang putera yaitu Sayyid Ali Rahmatullah dan Sayyid Ali Murtadho. Sedangkan adik Dewi Candrawulan yang bernama Dewi Dwarawati diperisteri oleh Prabu Brawijaya Majapahit. Dengan demikian keduanya adalah keponakan Ratu Majapahit dan tergolong putera bangsawan atau pangeran kerajaan. Para pangeran atau bangsawan kerajaan pada waktu itu mendapat gelar Rahadian yang artinya Tuanku, dalam proses selanjutnya sebutan ini cukup dipersingkat dengan Raden.
Raja Majapahit sangat senang mendapat isteri dari negeri Cempa yang wajahnya dan kepribadiannya sangat memikat hati. Sehingga isteri-osteri yang lainnya diceraikan, banyak yang diberikan kepada para adipatinya yang tersebar di seluruh Nusantara. Salah satu contoh adalah isteri yang bernama Dewi Kian, seorang puteri Cina yang diberikan kepada Adipati Ario Damar di Palembang.
Ketika Dewi Kian diceraikan dan diberikan kepada Ario Damar saat itu sedang hamil tiga bulan. Ario Damar menggauli puteri Cina itu sampai si jabang bayi terlahir kedunia. Bayi yang lahir dari Dewi Kian itulah yang nantunya bernama Raden Hasan atau lebih dikenal dengan nama “ Raden Patah “, salah satu seorang daru murid Sunan Ampel yang menjadi Raja di Demak Bintoro.
Kerajaan Majapahit sesudah ditinggal Mahapatih Gajah Mada dan Prabu Hayam Wuruk mengalami kemunduran Drastis. Kerajaan terpecah belah karena terjadinya perang saudara. Dan para adipati banyak yang tidak loyal dengan keturunan Prabu Hayam Wuruk yaitu Prabu Brawijaya Kertabumi.
Pajak dan upeti kerajaan tidak ada yang sampai ke istana Majapahit. Lebih sering dinikmati oleh para adipati itu sendiri. Hal ini membuat sang Prabu bersedih hati. Lebih-lebih lagi dengan adanya kebiasaan buruk kaum bangsawan dan para pangeran yang suka berpesta pra dan main judi serta mabuk-mabukan. Prabu Brawijaya sadar betul bila kebiasaan semacam ini diteruskan negara/kerjaan akan menjadi lemah dan jika kerajaan sudah kehilangan kekuasaan betapa mudahnya bagi musuh untuk menghancurkan Majapahit Raya.
Ratu Dwarawati, yaitu isteri Prabu Brawijaya mengetahui kerisauan hati suaminya. Dengan memberanikan diri dia mengajukan pendapat kepada suaminya. Saya mempunyai seorang keponakan yang ahli mendidik dalam hal mengatasi kemerosotan budi pekerti, kata Ratu Dwarawati.
Betulkah? Tanya sang Prabu . Ya, namanya Sayyid Ali Rahmatullah, putera dari kanda Dewi Candrawulan di negeri Cempa. Bila kanda berkenan saya akan meminta Ramanda Prabu di Cempa untuk mendatangkan Ali Rahmatullah ke Majapahit ini.
Tentu saja aku merasa senang bila Rama Prabu di Cempa Berkenan mengirimkan Sayyid Ali Rahmatullah ini kata Prabu Brawijaya.
2. Ketanah Jawa
Maka pada suatu ketika diberangkatkanlah utusan dari Majapahit ke negeri Cempa untuk meminta Sayyid Ali Rahmatullah datang ke Majapahit. Kedatangan utusan tersebut disambut gembira oleh Raja Cempa, dan Raja Cempa bersedia mengirim cucunya ke Majapahit untuk meluaskan pengalaman.
Keberangkatan Sayyid Ali Rahmatullah ke tanah Jawa tidak sendirian. Ia ditemani oleh ayah dan kakaknya. Sebagaimana disebutkan diatas, ayah Sayyid Ali Rahmatullah adalah Syekh Maulana Ibrahim Asmarakandi dan kakaknya bernama Sayyid Ali Murtadho. Diduga tidak langsung ke Majapahit, melainkan terlebih dahulu ke Tuban. Di Tuban tepatnya di desa Gesikharjo, Syekh Maulana Ibrahim Asmarakandi jatuh sakit dan meninggak dunia, beliau dimakamkan di desa tersebut yang masih termasuk kecamatan Palang Kabupaten Tuban.
Sayyid Murtadho kemudian meneruskan perjalanan, beliau berdakwah keliling daerah Nusa Tenggara, Madura dan sampai ke Bima. Disana beliau mendapat sebutan raja Pandita Bima, dan akhirnya berdakwah di Gresik mendapat sebutan Raden Santri, beliau wafat dan dimakamkan di Gresik, Sayyid Ali Rahmatullah meneruskan perjalanan ke Majapahit menghadap Prabu Brawijaya sesuai permintaan Ratu Dwarawati.
Kapal layar yang ditumpanginya mendarat dipelabuhan Canggu. Kedatangannya disambut dengan suka cita oleh Prabu Brawijaya. Ratu Dwarawati bibinya sendiri memeluknya erat-erat seolah-olah sedang memeluk kakak perempuannya yang di negeri Cempa. Karena wajah Sayyid Ali Rahmatullah memang sangat mirip dengan kakak perempuannya.
Nanda Rahmatullah, bersediakah engkau memberikan pelajaran atau mendidik kaum bangsawan dan rakyat Majapahit agar mempunyai budi pekerti mulia!! Tanya sang Prabu kepada Sayyid Ali Rahmatullah setelah beristirahat melepas lelah. Dengan sikapnya yang sopan santun tutur kata yang halus Sayyid Ali Rahmatullah menjawab. Dengan senang hati Gusti Prabu, saya akan berusaha sekuat-kuatnya untuk mencurahkan kemampuan saya mendidik mereka.
Bagus! Sahut sang Prabu. “Bila demikian kau akan kuberi hadiah sebidang tanah berikut bangunannya di Surabaya. Disanalah kau akan mendidik para bangsawan dan pangeran Majapahit agar berbudi pekerti mulia.”
“Terima kasih saya haturkan Gusti Prabu”, Jawab Sayyid Ali Rahmatullah. Disebutkan dalam literatur bahwa selanjutnya Sayyid Ali Rahmatullah menetap beberapa hari di istana Majapahit dan dijodohkan dengan salah satu puteri Majapahit yang bernama Dewi Candrowati atau Nyai Ageng Manila. Dengan demikian Sayyid Ali Rahmtullah adalah salah seorang Pangeran Majapahit, karena dia adalah menantu Raja Majapahit.
Semenjak Sayyid Ali Rahmatullah diambil menantu Raja Brawijaya maka beliau adalah anggota keluarga kerajaan Majapahit atau salah seorang pangeran, para pangeran pada jaman dahulu ditandai dengan nama depan Rahadian atau Raden yang berati Tuanku. Selanjutnya beliau lebih dikenal dengan sebutan Raden Rahmat.
3. Ampeldenta
Selanjutnya, pada hari yang telah ditentukan berangkatlah rombongan Raden Rahmat ke sebuah daerah di Surabaya yang kemudian disebut dengan Ampeldenta.
Rombongan itu melalui desa Krian, Wonokromo terus memasuki Kembangkuning. Selama dalam perjalanan beliau juga berdakwah kepada penduduk setempat yang dilaluinya. Dakwah yang pertama kali dilakukannya cukup unik. Beliau membuat kerajinan berbentuk kipas yang terbuat dari akar tumbuh-tumbuhan tertentu dan anyaman rotan. Kipas-kipas ini dibagikan kepada penduduk setempat secara gratis. Para penduduk hanya cukup menukarkannya dengan kalimah syahadat.
Penduduk yang menerima kipas itu merasa sangat senang. Terlebih setelah mereka mengetahui kipas itu bukan sembarang kipas, akar yang dianyam bersama rotan itu ternyata berdaya penyembuh bagi mereka yang terkena penyakit batuk dan demam. Dengan cara itu semakin banyak orang yang berdatangan kepada Raden Rahmat. Pada saat demikianlah ia memperkenalkan keindahan agama Islam sesuai tingkat pemahaman mereka.
Cara itu terus dilakukan sehingga rombongan memasuki desa kembang kuning. Pada saat itu kawasan desa kembang kuning belum seluas sekarang ini. Disana sini masih banyak hutan dan digenangi air atau rawa-rawa. Dengan karomahnya Raden Rahmat bersama rombongan membuka hutan dan mendirikan tempat sembahyang sederhana atau langgar. Tempat sembahyang itu sekarang dirubah menjadi mesjid yang cukup besar dan bagus dinamakan sesuai dengan nama Raden Rahmat yaitu Mesjid Rahmat Kembang Kuning.
Ditempat itu pula Raden Rahmat bertemu dan berkenalan dengan dua tokoh masyarakat yaitu Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning. Kedua tokoh masyarakat itu bersama keluarganya masuk Islam dan menjadi pengikut Raden Rahmat.
Dengan adanya kedua tokoh masyarakat itu maka semakin mudah bagi Raden Rahmat untuk mengadakan pendekatan kepada masyarakat sekitarnya. Terutama kepada masyarakat yang masih memegang teguh adat kepercayaan lama. Beliau tidak langsung melarang mereka, melainkan memberikan pengertian sedikit demi sedikit tentang pentingnya ajaran ketauhidan. Jika mereka sudah mengenal tauhid atau keimanan kepada Tuhan Pencipta Alam, maka secara otomatis mereka akan meninggalkan sendiri kepecayaan lama yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Setelah sampai ditempat tujuan, pertama kali yang dilakukannya adalah membangun mesjid sebagai pusat kegiatan ibadah. Ini meneladani apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW saat pertama kali sampai di Madinah.
Dan karena menetap di desa Ampeldenta, menjadi penguasa daerah tersebut maka kemudian beliau dikenal sebagai Sunan Ampel. Sunan berasal dari kata Susuhunan yang artinya yang dijunjung tinggi atau panutan masyarakat setempat. Ada juga yang mengatakan Sunan berasal dari kata Suhu Nan artinya Guru Besar atau orang yang berilmu tinggi.
Selanjutnya beliau mendirikan pesantren tempat mendidik putra bangsawan dan pangeran Majapahit serta siapa saja yang mau datang berguru kepada beliau.
4. Ajarannya yang terkenal
Hasil didikan mereka yang terkenal adalah falsafah Moh Limo atau tidak mau melakukan lima hal tercela yaitu :
1. Moh Main atau tidak mau berjudi
2. Moh Ngombe atau tidak mau minum arak atau bermabuk-mabukan
3. Moh Maling atau tidak mau mencuri
4. Moh Madat atau tidak mau mengisap candu, ganja dan lain-lain.
5. Moh Madon atau tidak mau berzinah/main perempuan yang bukan isterinya.
Prabu Brawijaya sangat senang atas hasil didikan Raden Rahmat. Raja menganggap agama Islam itu adalah ajaran budi pekerti yang mulia, maka ketika Raden Rahmat kemudian mengumumkan ajarannya adalah agama Islam maka Prabu Brawijaya tidak marah, hanya saja ketika dia diajak untuk memeluk agama Islam ia tidak mau. Ia ingin menjadi raja Budha yang terakhir di Majapahit.
Raden Rahmat diperbolehkan menyiarkan agama Islam di wilayah Surabaya bahkan diseluruh wilayah Majapahit, dengan catatan bahwa rakyat tidak boleh dipaksa, Raden Rahmat pun memberi penjelasan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama.
5. Sesepuh Wali Songo
Setelah Syekh Maulana Malik Ibrahim wafat, maka Sunan Ampel diangkat sebagai sesepuh Wali Songo, sebagai Mufti atau pemimpin agama Islam se-Tanah Jawa. Beberapa murid dan putera Sunan Ampel sendiri menjadi anggota Wali Songo, mereka adalah Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kota atau Raden Patah, Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati.
Raden Patah atau Sunan Kota memang pernah menjadi anggota Wali Songo menggantikan kedudukan salah seorang wali yang meninggal dunia. Dengan diangkatnya Sunan Ampel sebagai sesepuh maka para wali lain tunduk patuh kepada kata-katanya. Termasuk fatwa beliau dalam memutuskan peperangan dengan pihak Majapahit.
Para wali yang lebih muda menginginkan agar tahta Majapahit direbut dalam tempo secepat-cepatnya. Tetapi Sunan Ampel berpendapat bahwa masalah tahta Majapahit tidak perlu diserang secara langsung, karena kerajaan besar itu sesungguhnya sudah keropos dari dalam, tak usah diserang oleh Demak Bintoro sebenarnya Majapahit akan segera runtuh. Para wali yang lebih muda menganggap Sunan Ampel terlalu lamban dalam memberikan nasehat kepada Raden Patah.
“Mengapa Ramanda berpendapat demikian?” tanya Raden Patah yang juga adalah menantunya sendiri. “Krena aku tidak ingin di kemudian hari ada orang menuduh Raja Demak Bintoro yang masih putera Raja Majapahit Prabu Kertabumi telah berlaku durhaka, yaitu berani menyerang ayahandanya sendiri”. Jawab Sunan Ampel dengan tenang.
“Lalu apa yang harus saya lakukan?”
“Kau harus sabar menunggu sembari menyusun kekuatan”, ujar Sunan Ampel. “Tak lama lagi Majapahit akan runtuh dari dalam, diserang Adipati lain. Pada saat itulah kau berhak merebut hak warismu selaku putera Prabu Kertabumi”.
“Majapahit diserang adipati lain? Apakah saya tidak berkwajiban membelanya?”
“Inilah ketentuan Tuhan”,sahut Sunan Ampel. Waktu kejadiannya masih dirahasiakan. Aku sendiri tidak tahu persis kapankah persitiwa itu akan berlangsung. Yang jelas bukan kau adipati yang menyerang Majapahit itu. Sunan Ampel adalah penasehat Politik Demak Bintoro sekaligus merangkap Pemimpin Wali Songo atau Mufti Agama se-Tanah Jawa. Maka fatwa nya dipatuhi semua orang.
Kekhawatiran Sunan Ampel pun terbukti. Dikemudian hari ternyata orang-orang pembenci Islam memutar balikkan fakta sejarah, mereka menuliskan bahwa Majapahit jatuh diserang oleh kerajaan Demak Bintoro yang rajanya adalah putera raja Majaphit sendiri. Dengan demikian Raden Patah dianggap sebagai anak durhaka. Ini dapat anda lihat didalam serat darmo gandul maupun sejarah yang ditulis sarjana kristen pembenci Islam.
Raden Patah dan para wali lainnya akhirnya tunduk patuh pada fatwa Sunan Ampel. Tibalah saatnya Sunan Ampel Wafat pada tahun 1478 M. Sunan Kalijaga diangkat sebagai penasehat bagian politik Demak, Sunan Giri diangkat sebagai pengganti Sunan Ampel sebagai Mufti, pemimpin para wali dan pemimpn agama se-Tanah Jawa.setelah Sunan Giri diangkat sebagai Mufti sikapnya terhadap Majapahit sekarang berubah. Ia mneyetujui aliran tuban untuk memberi fatwa kepada Raden Patah agar menyerang Majapahit.
Mengapa Sunan Giri bersikap demikian?
Karena pada tahun 1478 kerjaan Majapahit diserang oleh Prabu Rana Wijaya atau Girindrawardhana dari kadipaten kediri atau keling. Dengan demikian sudah tepatlah jika Sunan Giri meneyetujui penyerangan Demak atas Majapahit. Sebab pewaris sah tahta kerajaan Majapahit adalah Raden Patah selaku putera Raja Majapahit yang terakhir.
Demak kemudian bersiap-siap menyusun kekuatan. Namun belum lagi serangan dilancarkan. Prabu Wijaya keburu tewas diserang oleh Prabu Udara pada tahun 1498.
Pada tahun 1512, Prabu Udara selaku Raja Majapahit merasa terancam kedudukannya karena melihat kedudukan Demak yang didukung Giri Kedaton semakin kuat dan mapan. Prabu udara kuatir jika terjadi peperangan akan menderita kekalahan, maka dia minta bekerjasama dan minta bantuan Portugis di Malaka. Padahal putera mahkota Demak yaitu Pati Unus pada tahun1511 telah menyerang Protugis.
Sejarah telah mencatat bahwa Prabu Udara telah mengirim utusan ke Malaka untu menemui Alfinso d’Albuquerque untuk menyerahkan hadiah berupa 20 genta (ggamelan), sepotong kain panjang bernama “Beirami” tenunan kambayat, 13 batang lembing yang ujungnya berbesi dan sebagainya. Maka tidak salah jika pada tahun 1517 Demak menyerang Prabu Udara yang merampas tahta majapahit secara sah. Dengan demikian jatuhlah Majapahit ke tangan Demak. Seandainya Demak tidak segera menyerang Majapahit tentunya bangsa Portugis akan menjajah Tanah Jawa jauh lebih cepat daripada Bangsa Belanda. Setelah Majapahit jatuh pusaka kerajaan diboyong ke Demak Bintoro. Termasuk mahkota rajanya. Raden Patah diangkat sebagai raja Demak yang pertama.
Sunan Ampel juga turut membantu mendirikan Mesjid Agung Demak yang didirikan pada tahun 1477 M. Salah satu diantara empat tiang utama mesjid Demak hingga sekarang masih diberi nama sesuai dengan yang membuatnya yaitu Sunan Ampel.
Beliau pula yang pertama kali menciptakan huruf pegon atau tulisan arab berbunyi bahasa Jawa. Dengan huruf pegin ini beliau dapat menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada para muridnya. Hingga sekarang huruf pegon tetap diapaki sebagai bahan pelajaran agama Islam dikalangan pesantren.
6. Penyelamat Aqidah
Sikap Sunan Ampel terhadap adat istiadat lama sangat hati-hati, hal ini didukung pleh Sunan Giri dan Sunan Drajad. Seperti yang pernah tersebut dalam permusyawaratan para wali di mesjid Agung Demak. Pada waktu itu Sunan Kalijaga Mengusulkan agar adat istiadat Jawa seperti selamatan, bersaji, kesenian wayang dan gamelan dimasuki rasa keislaman. Mendengar pendapat Sunan Kalijaga tersebut bertanyalah Sunan Ampel. “Apakah tidak mengkhawatirkan dikemudian hari bahwa adat istiadat dan upacara lama itu nanti dianggap sebagai ajaran yang berasal dari agama Islam, jika hal ini dibiarkan nantinya akan menjadi bid’ah?”
Dalam musyawarah itu Sunan Kudus menjawab pertanyaan Sunan Ampel, “Saya setuju dengan pendapat Sunan Kalijaga, bahwa adat istiadat lama yang masih bisa diarahkan kepada ajaran Tauhid kita akan memberinya warna Islami. Sedang adat dan kepercayaan lama yang jelas-jelas menjurus kearah kemusyrikan kita tinggal sama sekali. Sebagai misal, gamelan dan wayang kulit kita bisa memberinya warna Islam sesuai dengan selera masyarakat. Adapun tentang kekhawatiran kanjeng Sunan Ampel, saya mempunyai keyakinan bahwa dibelakang hari akan ada orang yang menyempurnakannya.
Adanya dua pendapat yang seakan bertentangan tersebut sebenarnya mengandung hikmah. Pendapat Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus ada benarnya yaitu agar agama Islam cepat diterima oleh orang jawa, dan hal ini terbukti, dikarekan dua wali tersebut pandai mengawinkan adat istiadat lama yang dapat ditolerir Islam maka penduduk jawa banyak yang berbondong-bondong masuk agama Islam.
Sebaliknya, adanya pendapat Sunan Ampel yang menginginkan Islam harus disiarkan dengan murni dan konsekuen juga mengandung hikmah kebenaran yang hakiki, sehingga membuat umat semakin berhati-hati menjalankan syariat agama secara benar dan bersih dari segala macam bid’ah. Inilah jasa Sunan Ampel yang sangat besar, dengan peringatan inilah beliau telah menyelamatkan aqidah umat agar tidak tergelincir kelembah kemusyrikan.
Sunan Ampel wafat pada tahun 1478 M, beliau dimakamkan di sebelah Barat Mesjid Ampel.
7. Murid-murid Sunan Ampel
Sebagaimana disebutkan dimuka murid-murid Sunan Ampel itu banyak sekali, baik dari kalangan bangsawan dan para pangeran Majapahit maupun dari kalangan rakyat jelata. Bahkan beberapa anggota Wali Songo adalah murid-murid beliau sendiri.
Kali ini kita tampilkan kisah dua orang murid Sunan Ampel yang makamnya tak jauh dari lokasi Sunan Ampel dimakamkan yaitu :
Kisah Mbah Soleh
Mbah Soleh adalah salah satu dari sekian banyak murid Sunan Ampel yang mempunyai karomah atau keistimewaan luar biasa.
Adalah sebuah keajaiban yang tak ada duanya, ada seorang manusia dikubur hingga sembilan kali. Ini bukan cerita buatan melainkan ada buktinya. Disebelah timur mesjid Agung Sunan Ampel ada sembilan kuburan. Itu bukan kuburan sembilan orang tapi hanya kuburan satu orang yaitu murid Sunan Ampel yang bernama Mbah Soleh.
Kisahnya demikian, Mbah Soleh adalah seorang tukang sapu mesjid Ampel dimasa hidupnya Sunan Ampel. Apabila menyapu lantai sangatlah bersih sekali sehingga orang yang sujud di mesjid tanpa sajadah tidak merasa ada debunya.
Ketika Mbah Soleh wafat beliau dikubur didepan mesjid. Ternyata tidak ada santri yang sanggup mengerjakan pekerjaan Mbah Soleh yaitu menyapu lantai mesjid dengan bersih sekali. Maka sejak ditinggal Mbah Soleh mesjid itu lantainya menjadi kotor. Kemudian terucaplah kata-kata Sunan Ampel, bila Mbah Soleh masih hidup tentulah mesjid ini menjadi bersih.
Mendadak Mbah Soleh ada dipengimaman mesjid sedang menyapu lantai. Seluruh lantaipun sekarang menjadi bersih lagi. Orang-orang pada terheran melihat Mbah Soleh hidup lagi.
Beberapa bulan kemudian Mbah Soleh wafat lagi dan dikubur disamping kuburannya yang dulu. Mesjid menjadi kotor lagi, lalu terucaplah kata-kata Sunan Ampel seperti dulu. Mbah Soleh pun hidup lagi. Hal ini berlangsung beberapa kali sehingga kuburannya ada delapan. Pada saat kuburan Mbah Soleh ada delapan Sunan Ampel meninggalkan dunia. Beberapa bulan kemudian Mbah Soleh meninggal dunia sehingga kuburan Mbah Soleh ada sembilan. Kuburan yang terakhir berada di ujung sebelah timur.
Kisah Mbah Sonhaji
Mbah Sonhaji sering disebut Mbah Bolong. Apa pasalnya? Ini bukan gelar kosong atau sekedar olok-olokan. Beliau adalah salah seorang murid Sunan Ampel yang mempunyai karomah luar biasa.
Kisahnya demikian, pada waktu pembangunan mesjid Agung Ampel Mbah Sonhaji lah yang ditugasi mengatur tata letak pengimamannya. Mbah Sonhaji bekerja dengan tekun dan penuh perhitungan, jangan sampai letak pengimaman mesjid tidak menghadap arah kiblat. Tapi setelah pembangunan pengimaman itu jadi banyak orang yang meragukan keakuratannya.
Apa betul letak pengimaman mesjid ini sudah menghadap ke kiblat? Demikian tanya orang meragukan pekerjaan Mbah Sonhaji.
Mbah Sonhaji tidak menjawab, melainkan melubangi dinding pengimaman sebelah barat lalu berkata, lihatlah kedalam lubang ini, kalian akan tahu apakah pengimaman ini sudah menghadap kiblat atau belum?.
Orang-orang itu segera melihat kedalam lubang yang dibuat oleh Mbah Sonhaji. Ternyata didalam lubang itu mereka dapat melihat Ka’bah yang berada di Mekah. Orang-orang ada melongo, terkejut, kagum dan akhirnya tak berani meremehkan Mbah Sonhaji lagi. Dan sejak itu mereka bersikap hormat kepada Mbah Sonhaji dan mereka memberinya julukan Mbah Bolong.
Semoga dengan cerita-cerita rakyat indonesia kami sampekan diatas menjadi info yang bermanfaat buat anda semua yang saat ini ingin sekali mengetahui cerita rakyat Indonesia dan juga menjadi salah satu sejarah di Indonesia pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar